Minggu, 03 Maret 2013

Rumput di Hutan Nangsri

Oleh: Kholid Khoirul Fahmi
Matahari belum terbit dari persembunyiannya, tapi para petani perkasa telah menyebar meramaikan pagi sunyi. Ada yang ke sawah, ladang, kebun, atau sungai besar yang membelah desa. Di antara para petani itu terlihat sesosok manusia yang menyelusuri lebatnya hutan desa. Dengan membawa sebilah arit (sabit), dia mulai menebang rumput-rumput liar penghisap nutrisi tanaman produksi para petani. Dan disaat matahari telah berada di tengah langit, barulah petani itu kembali ke rumah untuk memberikan pakan untuk kambingnya yang kelaparan. 

Rumput-rumput liar yang ditebang tadi beberapa hari lagi akan tumbuh lagi dan ditebang lagi, begitulah siklus kehidupan rumput-rumput liar. Apakah mereka tidak bosan dibunuh dengan kejamnya tanpa rasa ampun? Apakah mereka tidak memiliki rasa sakit? Apakah mereka memang syetan terkutuk yang bisanya mencuri makanan dari tanaman lain? Mengapa para petani tidak menyemprotnya saja agar mereka punah dari muka bumi?

Tentu pertanyaan-pertanyaan diatas tidak perlu kita pikirkan terlalu dalam. Seperti yang kita ketahui dibalik tingkah laku hidupnya yang parasit, ada segi kebermanfaatan yang telah diberikan Tuhan kepada manusia untuk memanfaatkannya dengan baik. Jika mereka bisa mengaduh, tentu takkan ada manusia yang tega menebangnya kecuali jika manusia itu syetan. Para petani tentu tidak mungkin menyemprotnya secara frontal karena rumput-rumput di hutan nangsri ini menjadi mengganjal perut ternaknya. 

Itulah salah satu kebesaran sang pencipta kepada kita. Tinggal bagaimana kita memanfaatkannya dengan baik dan menyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Lestarikan rumput-rumput liar yang ada di hutan, janganlah ditebang semua secara frontal. jagalah hutan agar lestari agar rumput-rumput liar bisa tumbuh sepanjang tahun sehingga ternak kenyang, petanipun senang.........
                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar