Senin, 04 Februari 2013

Bermimpilah Setinggi Awan

      Pukul 18.00, matahari masih menyisakan cahayanya di ufuk barat. Semburat cahaya senja mulai memenuhi langit, memancarkan cahaya kuning, putih dan kelabu. the memorian of childhood yang sangat menarik, di pelataran yang luas milik kepala desa, puluhan anak - anak sudah berkumpul untuk bermain. Kebiasaan setelah mengaji di taman pendidikan al qur'an. Ingat, pengajian TPQ sekitar tahun 1998 dikira pengajian yang sangat menakutkan, jika terlambat harus menyapu kelas atau dihukum berdiri. Apalagi jika tidak mengerjakan PR ataupun tidak hafal tugas hafadzan, mak a'im selalu mengeluarkan ancaman mautnya "tak githik loh !".


         Di halaman rumah pak lurah, anak - anak berusia sepuluh hingga lima belas tahun berkumpul. bermain gobag sodor, petak umpet, main yeye dan permainan tradisional lainnya. Anak yang lebih muda selalu dikerjain oleh anak -anak yang usianya jauh lebih tua. Kalau main petak umpet lebih sering untuk jaga, main gobag sodor lebih sering untuk jadi pemain terakhir, agar kelompok tetap selamat dan memenangkan permainan serta kecurangan-kecurangan lainnya. Diantara anak-anak yang bermain, ada sekelompok anak yang tidur terlentang di atas bebatuan dan terkadang di atas tanah jika hari tidak hujan, menatap langit yang sangat cantik.

     "itu dinosaurus ", lantang salah seorang dari kami berlagak seperti pernah melihat dinosaurus padahal tahu  tentang bentuk dinosaurus hanya di film jurassic park.
     "Itu kuda terbang", sambung yang lain, khayalan kami semakin aneh.
     "Itu obor api", teriak seorang anak dari atas bebatuan besar. 
     "Itu peta nangsri", serentak mereka menunjuk salah satu gumpalan awan.
satu persatu saling menyebut apa yang ada dalam imajinasi mereka, sesuka hati, tiada batasan antara mimpi dan sebuah kenyataan. Keindahan alam mengajari manusia untuk bebas berpikir, berkhayal tanpa batas, bermimpi setinggi awan dan menggapainya suatu saat nanti. Itu adalah masa bagi kami menikmati masa kecil yang bebas.

      Tanpa disadari, dari sebuah awan - awan kecil di setiap senja telah membawa kami ke sebuah kenyataan, nantinya ketika diantara kami mulai dewasa, kami menyebar bagai gumpalan awan - awan kecil yang menyebar di seluruh jagad bumi, menggapai mimpi, dan mewujudkan khayalan.

 bermimpilah, karena tidak pernah ada bayaran untuk bermimpi !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar