Oleh: Thoriq Tri Prabowo
Copy Paste dari:
Sukolaras in Budaya Jawa, Musik Jawa.
Peninggalan karya
Sunan Kalijaga lainnya adalah wayang dan gamelan yang diberi nama Kanjeng Kyai
Nagawilaga dan Kanjeng Kyai Guntur Madu, yang sekarang tersimpan di Keraton
Yogyakarta dan Keraton Surakarta.
Dalam hal
pewayangan, Sunan Kalijaga dikenal dengan karya/lakon Dewa Ruci, Jimat
Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu. Cerita Dewa Ruci ditafsirkan sebagai kisah
Nabi Khidir, sedangkan Jimat Kalimasada tak lain perlambang dari kalimat
syahadat.
Menurut Babad
Tanah Jawi, Sunan Kalijaga adalah putra dari Wilwantikta, Adipati Tuban. Nama
aslinya Raden Said (Raden Syahid), sementara menurut babad,
serat, Sunan Kalijaga juga disebut Syekh Malaya, Raden Abdurrahman, dan
Pangeran Tuban. Sedangkan gelar “Kalijaga” sendiri banyak berbagai tafsir.
Salah satu tafsir, ada yang menyatakan asal kata jaga (menjaga), dan kali
(sungai). Versi ini dilandasi dasar pada penantian Lokajaya akan kedatangan
Sunan Bonang selama tiga tahun di tepi sungai. Ada juga kata itu diambil dari
nama sebuah desa di Cirebon, tempat ia melakukan dakwah.
Salah satu
diantara beberapa karya Sunan Kalijaga yang terkenal adalah tembang
ataupun Kidung Rumekso Ing Wengi.
ana kidung
rumekso ing wengi
teguh hayu luputa
ing lara
luputa bilahi
kabeh
jim setan datan
purun
paneluhan tan ana
wani
niwah panggawe
ala
gunaning wong
luput
geni atemahan
tirta
maling adoh tan
ana ngarah ing mami
guna duduk pan
sirno
Artinya :
Ada kidung
rumekso ing wengi. Yang menjadikan kuat selamat terbebas dari semua
penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setanpun tidak mau. Segala
jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat. guna-guna
tersingkir. Api menjadi air. Pencuripun menjauh dariku. Segala bahaya
akan lenyap.
Sumber:
sukolaras.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar