Oleh: Thoriq Tri Prabowo
Copy Paste dari:
Sukolaras in Budaya Jawa, Musik Jawa.
Siapa Sunan
Kalijaga, dia adalah murid dari Sunan Bonang salah satu dari walisanga yang terkenal oleh kalangan kumunitas jawa.
Nama kecilnya adalah Lokajaya yang suka berpakaian serba hitam dan malang
melintang di kawasan Lasem, Rembang (sekitar hutan Jatiwangi) Jawa Tengah.
Itulah legenda Sunan Kalijaga dari salah satu versi. Asal usul Sunan Kalijaga
tercantum dalam berbagai naskah kuno, babad, serat, hikayat, atau hanya cerita
yang turun temurun. Dalam salah satu versi, Sunan Kalijaga hidup dalam empat era
pemerintahan (Majapahit, Demak, Pajang dan awal pemerintahan Mataram). Terlepas
dari berbagai versi itu, kisah Sunan ini memang tak pernah padam dikalangan
masyarakat pantai utara Jawa Tengah hingga Cirebon, utamanya dalam kaitannya
cara berdakwah yang beda dengan metode yang digunakan oleh para wali yang lain.
Dia sangat pintar memadukan dakwah
dengan seni budaya yang telah mengakar dalam masyarakat jawa, semisal lewat
wayang, gamelan, tembang, ukir, dan batik, yang sangat populer masa itu. Babad
dan serat mencatat mencatat Sunan Kalijaga sebagai pengubah beberapa tembang.
Ilir-ilir yang lyriknya punya tafsir yang sarat dengan dakwah. Misalnya tak ijo
royo-royo dak sengguh pengenten anyar. Ungkapan ijo royo-royo bermakna hijau,
lambang Islam, sedangkan Islam, sebagai agama baru, diasumsikan penganten
anyar, alias penganten baru.
Peninggalan karya
Sunan Kalijaga lainnya adalah wayang dan gamelan yang diberi nama Kanjeng Kyai
Nagawilaga dan Kanjeng Kyai Guntur Madu, yang sekarang tersimpan di Keraton
Yogyakarta dan Keraton Surakarta.
Dalam hal
pewayangan, Sunan Kalijaga dikenal dengan karya/lakon Dewa Ruci, Jimat
Kalimasada dan Petruk Dadi Ratu. Cerita Dewa Ruci ditafsirkan sebagai kisah
Nabi Khidir, sedangkan Jimat Kalimasada tak lain perlambang dari kalimat
syahadat.
Menurut Babad
Tanah Jawi, Sunan Kalijaga adalah putra dari Wilwantikta, Adipati Tuban. Nama
aslinya Raden Said (Raden Syahid), sementara menurut babad,
serat, Sunan Kalijaga juga disebut Syekh Malaya, Raden Abdurrahman, dan
Pangeran Tuban. Sedangkan gelar “Kalijaga” sendiri banyak berbagai tafsir.
Salah satu tafsir, ada yang menyatakan asal kata jaga (menjaga), dan kali
(sungai). Versi ini dilandasi dasar pada penantian Lokajaya akan kedatangan
Sunan Bonang selama tiga tahun di tepi sungai. Ada juga kata itu diambil dari
nama sebuah desa di Cirebon, tempat ia melakukan dakwah.
Salah satu
diantara beberapa karya Sunan Kalijaga yang terkenal adalah tembang
ataupun Kidung Rumekso Ing Wengi.
ana kidung
rumekso ing wengi
teguh hayu luputa
ing lara
luputa bilahi
kabeh
jim setan datan
purun
paneluhan tan ana
wani
niwah panggawe
ala
gunaning wong
luput
geni atemahan
tirta
maling adoh tan
ana ngarah ing mami
guna duduk pan
sirno
Artinya :
Ada kidung
rumekso ing wengi. Yang menjadikan kuat selamat terbebas dari semua
penyakit. Terbebas dari segala petaka. Jin dan setanpun tidak mau. Segala
jenis sihir tidak berani. Apalagi perbuatan jahat. guna-guna
tersingkir. Api menjadi air. Pencuripun menjauh dariku. Segala bahaya
akan lenyap.
Sumber:
sukolaras.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar