Jumat, 15 Februari 2013

Sakit Gigi Haji Salamon

Oleh: Aisy Laztatie

     Keberadaannya seperti seekor lebah yang memberikan banyak manfaat di perkampungan itu. Sifat dermawannya sangat disegani warga kampong. Sfatnya yang penyayang terhadap anak – anak membuat anak – anak sering kebagian uang saku sebelum pergi ke sekolah jikamelewati depan rumahnya. Selalu ringan tangan untuk menghulurkan bantuan baik berupa uang, maupun tumpangan mobil. Selalu tunduk dan hormat dengan orang – orang yang lebih tua darinya maupun lebih muda darinya. Hingga dengan sikap baiknya, ia seperti manusia yang mengucurkan madu kasih sayang dan ketentraman dalam kampong. Namun,ada kalanya seekor lebah menyengat, jika keberadaaanya terganggu. Ini juga yang terjadi pada pertengahan bulan agustus di kampong tarakan.
     Namanya haji salamon, orang – orang memanggilnya haji amon ada juga yang memanggil dengan panggilan haji salam. Dia adalah lelaki paling kaya se-kabupaten ngalun saat ini. Ia adalah juragan besar. Kebun kopinya berhektar – hektar, dimana setiap musim panen tiba pada bulan juli hingga November, rumahnya seperti ditimbun biji seperti permata berwarna merah, yakni kopi yang terlambat dipetik karena kurangnya tenaga kerja. Kebun cengkehnya juga berhektar – hektar. Pernah suatu kali sebuah stasiun televisi merekam proses memetik cengkeh hingga proses untuk mengeringkannya agar menjadi biji cengkeh yang siap dijual. Ditambah lagi dengan kebun teh di bawah kaki gunung sindoro yang juga amat luas. sawah padi , ladang tembakau, ladang jagung juga tambak ikan lele. Bayangkan, semua yang disebut di atas hanya dimiliki oleh haji salamon, anak satu – satunya raden said ali, lelaki kaya raya yang pernah hidup di perkampungan ini. 
    
      Berapa banyak lapangan pekerjaan yang mampu disediakan oleh lelaki yang hanya berpendidikan sampai SMA. Lelaki yang tinggi badannya tak lebih dari 155cm dengan berat badan 50 kg. hanya beristri satu dan tidak memiliki anak. Warga kampung tidak perlu bersusah payah untuk mengais rejeki di Jakarta, tidak perlu lagi berlari ke pulau seram demi mendapatkan saki – baki emas hasil galian konglomerat yang selalu merasa lapar meski perutnya hamper meletus, ataupun mengutip buah sawit di Sumatra. Kekayaan haji salamon sudah mencukupi sebagai lahan bekerja untuk warga kampung, terkadang saat musim panen tiba dan semua bersamaan, haji salamon harus memanggil pekerja dari perkampungan lain. 

       Di atas meja kecilnya bertumpuk – tumpuk uang kertas berwarna merah, kipas kecil memusing perlahan memberikan hawa segar pada ruangannyayang pengap oleh hitungan matematika yang tak pernah berhenti. Dengan meletakkan pena di atas telinga kanannya haji salamon sesekali menikmati rokok sukun kegemarannya. Di hadapannya sudah tersedia kalkulator dan buku batik tebal garis – garis, catatan gaji pekerja. Istrinya yang palng setia membuatkan kopi untuknya, sehari tiga kali, pada pukul tujuh pagi, pukul dua belas tengah hari dan pukul empat, disertai ubi rebus ataupun mendoan goreng. Setiap akhir bulan, para pekerja berantri di depan meja kerja haji salamon yang sempit, menunggu amplop coklat dan uang tambahan yang selalu haji salam berikan dengan cara melihat mimic muka pekerja, jika wajahnya memelas, muka lapar, rambut kusut masai seperti lelaki yang baru saja menceraikan istrinya dan kehilangan ayam jagonya akibat dimakan musang, haji salamon tak segan – segan untuk mengeluarkan duit warna merah dengan lima angka nol dua lembar. Anak – anak sekolah mendapatkan rejeki sendiri, sebelum pergi ke sekolah, dari kantong baju kokonya selalu keluar uang seribu rupiah lalu diberikan kepada siapa saja yang lewat depan rumahnya.

      Namun yang paling aneh, haji salamon enggan untuk meninggalkan rumah peninggalan orang tuanya yang sudah usang. Meski terbuat dari kayu jati, namun beberapa kumbang nakal selalu menjadikan rumah haji salamon sebagai tenpat berpesta ria untuk menikmati kayu – kayu atap rumahnya. Sampai timbul pandangan beberapa warga kampung, bahwa rumah haji salamon itulah yang membawa tuah kekayaannya, makanya haji salamon tidak pernah miskin. Ada juga yang percaya bahwa haji salamon hidup secara zuhud dan qona’ah, harta kekayaannya lebih banyak digunakan untuk amal, mendirikan sekolah – sekolah, mendirikan panti anak yatim, mendirikan masjid dan untuk sumbangan – sumbangan amal lainnya. Sifat dermawanannya telah membuat warga kampung begitu menyayanginya.

     Hidup di sebelahnya adalah si kacung, lelaki eksentrik yang selalu menarik perhatian warga kampung. Dia adalah lelaki bujang berumur empat puluh lima tahun yang dibesarkan keseorangan dalam rumahnya yang luas itu, tanpa saudara. Dia merupakan pendiri bunga rampai orchestra. Kecintaannya dengan dunia music tidak bisa dihentikan. Setiap hari selalu saja terdengar bunyi gedebang – gedebung alat musiknya untuk latihan. Peminatnya banyak, karena setiap show, dia selalu membuat persembahan sangat memuaskan, ada saja ide baru yang keluar dari kepalanya yang agak peang. terkadang dia bergaya seperti rhoma irama,memakai baju putih dan celana ketat putih dengan bagian kaki lebar, siap memasang jenggot tebal serta cara menyanyi seperti rhoma irama,terkadang dia juga meniru gaya meggy Z dengan lagu sakit giginya.beberapa artis dangdut pernah menjadi inspirasi ide gilanya.

      Anggota kumpulannya berjumlah lima orang dan tingkah lakunya seperti si kacung. Memilih tidak menikah dan menyalurkan bakat seninya dalam dunia music. Meski musiknya hanya dari kampung ke kampung, namun orchestra si kacung menjadi pujaan ramai. Jadwal show bunga rampai padat, mereka selalu dipanggil untuk menyanyi di majlis pernikahan, majlis khitan, perayaan tahun baru, perayaan hari ulang tahun republic Indonesia, perayaan pembukaan jalan, perayaan bangunan baru. Hamper semua perayaan tak pernah luput dari bunga rampai orchestra. Kecuali majlis kematian saja yang alpa dari bunga ramppai orchestra.

      Dikatakan, bahwa si kacung adalah stress akibat gagal untuk masuk menjadi anggota tentara. Makanya ia lebih sering menyendiri dan lebih banyak mencari idea untuk setiap pentasnya. Ia gagal hanya dikarenakan giginya yang patah separuh di bagian depan akibat kecelakaan saat ingin mendaftar sebagai anggota tentara, ia sebenarnya juga tidak mencukupi kriteria sebagai anggota tentara, tinggi badannya tak lebih dari 160 cm, badannya kurus, matanya tirus, dan ia rabun jauh, hanya saja dia terlalu memaksakan mimpinyan untuk menjadi anggota tentara. Maka dari itu, gigi menjadi hal yang paling sensitive dalam hidupnya. Tidak patah semangat, ia menyambung gigi patahnya dengan gigi palsu, sehingga Nampak sempurna. Motto musiknya, anda boleh menikmati music, tapi jangan mencaci pencipta music. 

      Memang benar motto yang dipegang oleh si kacung, menikmati music tanpa mencaci pencipta music. Hasil karya si kacung sangat dikagumi masyarakat setempat, setiap bulannya tidak pernah berhenti untuk melakukan show, pentas di majlis pernikahan, pentas di majlis khitan ataupun pentas di majlis syukuran. Dia memiliki kepakaran untuk menyanyi dengan banyak karakter, terkadang menyanyi dengan suara dan gaya rhoma irama, terkadang juga menyanyi bergaya meggi Z, Mansur S, ataupun menyanyikan lagu campur sari didi kempot. Setiap hari rumahnya hanya dipenuhi suara drum, gitar dan keyboard, hingga istrinya yang terpaksa dinikahi beberapa bulan yang lalu dimana saat ini sedang hamil sering ngomel – ngomel akibat tidak bisa tidur. Namun si kacung tak pernah menghiraukannya. 

      Ibarat kata, music adalah separuh nyawanya. Ia dan music bagai satu jiwa yang tak bisa dipisahkan. Kemana saja pergi, orang orang memanggilnya dengan panggilan si kacung doremi. Gaya rambutnya seperti adi brokoli, entah – entah dalam sela – sela rambutnya itu penuh kutu, tapi tak mungkin, meski rambutnya kerebo, dia adalah orang yang selalu menjaga kebersihan. Gaya pakainnya adalah padanan celana cutbray dan kemeja putih ketat, dengan gitar yang sering menggantung.

       Siang itu, pada pertengahan bulan agustus, jadwal manggung si kacung sangat banyak. Ia harus memenuhi show di masing – masing kampung , setiap hari rumahnya tak pernah sepi, banyak anak suka berderet – deret menyaksikan si kacung dan anggotanya berlatih, bebek – bebek milik pak abi yang berjumlah sepuluh ekor itu selalu berebut diantara kaki – kaki anak kecil yang sedang berdiri. Hanya mbak sri yang terlihat stress melihat menthok – menthok yang baru saja bertelur itu tanpa bersopan santun mengeluarkan najis di depan rumahnya. Semua orang tahu, apabila menthok – menthok dalam masa pantang, bau najisnya membuat isi perut keluar. Busuk seperti telur yang sudah busuk.

      Di sebuah ruangan tidurnya, lelaki itu meringkuk dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya. Bukan menggigil atau kesejukan, langit diluar sana bersinar sangat cerah. Dari dalam selimutnya terdengar rintihan perlahan. Sudah tiga hari ini haji salamon menderita sakit gigi, gusi giginya bengkak dan ada salah satu gigi yang berlubang. Haji salamon adalah orang yang jarang sekali mengalami sakit gigi, bisa dibilang ini adalah sakit gigi yang pertama kali baginya. Ia juga paling takut dengan obat apalagi jarum suntik. Maka taka da yang bisa dilakukan, kecuali pasrah, banyak tidur, dan menerima suapan nasi bubur sambil mendengarkan omelan istrinya.

       Malang, apabila ayam peternakannya sudah siap untuk dipanen, tentu saja musim berpesta ria bagi lalat – lalat untuk pindah ke perumahan warga kampung. Inilah yang dirasai haji salamon, sudah sejak tadi haji salamon merasa terusik dengan bunyi lalat yang beterbangan di sekitarnya. Ditambah lagi dengan sifat gesit lalat – lalat untuk menggigit kulit. Bunyi alat – alat music di rumah sebelah semakin menambah rasa sakit gigi yang sedang dialaminya. Dalam hati mengumpat,
  
     “ingat saja kacung, kalau aku sembuh nanti, aku ambil semua alat music engkau, mampus kau tak bisa hidup tanpa music “

    Setelah berjam – jam mencoba bersabar akhirnya haji salamon tidak tahan juga. Disibaknya selimut nipis yang melindungi tubuhnya, merapikan kain sarung lalu menarik kaus kutang di gantungan. “ ahai, hikuk bahak “, ajay ikut bapak maksudnya, hanya saja suara haji salamon tidak keluar habis, anak angkatnya yang baru berumur sepuluh tahun itu menurut.
       Rumah kacung nampak ramai, anak – anak kecil berjubel di depan pintu rumah dan jendela. Ada yang memanjat dinding untuk melihat dari jendela yang lebih tinggi, seperti sedang melihat persidangan warga kampung yang disidang akibat mencuri kambing di kantor kepala desa, anak – anak kecil yang sok tahu itu tidak mau melewatkan masa – masa si kacung dan anggotanya latihan.

      Sesampainya di rumah itu, haji salamon langsung menuju hadapan kacung, tanpa berfikir panjang, haji salamon melayangkan tumbukannya, tepat pada mulut kacung. Darah segar muncrat dari mulutnya, disertai empat biji gigi yang jatuh seperti permata yang jatuh satu persatu, semua orang langsung hening melihat peristiwa mengejutkan itu,

     “dasal pemusik gila, music kau bikin aku hetres “ (dasar pemusik gila, music engkau bikin stress )"

 Haji salamun mengumpatnya, kacung tak sempat mengelak dari pukulan haji salamon, yang kini ia rasakan adalah rasa ngilu pada giginya. Darah merah itu masih terus mengalir. Tanpa tindakan untuk membalas tumbukan haji salam.

 Sm-arstk

     Sejak kejadian kacung diserang haji salamun, keadaan di kampung itu mendadak sepi, seperti baru saja ada orang meninggal dunia. Semua orang tak ada yang berani menyinggung perasaan kacung yang baru saja kehilangan gigi keramatnya juga tidak ada yang berani mengutuk tindakan haji salamun yang budiman itu.   

       Hingga saat pagi hari, seorang polisi mendatangi rumah haji salamon, sakit gigi haji salamon sudah sembuh. Rupa – rupanya kacung tidak menerima atas serangan haji salamon, ini dikarenakan empat buah giginya yang tanggal, membuat pesonanya semakin hilang. Polisi itu mengheret haji salamon untuk dibawa ke kantor polisi, diiringi dengan derai air mata istri dan anaknya. Nasibnya hanya menunggu hitungan jam. Kandang besi itu siap menunggunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar